Wednesday, 7 January 2015

Resensi: Novel Rindu by Tere Liye


Sebuah novel yang bercerita tentang lima kisah dengan lima pertanyaan besar Seputar Masa Lalu, Kebencian, Takdir, Cinta, dan Kemunafikan. Novel Rindu karya Tere Liye ini menyungguhkan sebuah tema yang tidak biasa yang membuat menarik untuk di baca.

Dimulai dari perjalanan panjang di sebuah kapal besar bernama Blitar Holland yang bermuatan para jamaah haji pada tahun 1938 yang mendarat di pelabuhan makasaar. kapal ini juga akan berhenti dan menaikkan penumpang di pelabuhan Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Padang, Banda Aceh, lalu akan terus melaju hingga kota Jeddah, Arab Saudi. Dan di kapal inilah terukir lima kisah dengan lima pertanyaan besar.

Satu persatu tokoh-tokoh yang berada dalam Novel Rindu ini pun di perkenalkan,  Adalah Daeng Andipati seorang pedagang muda kaya yang baru saja menyelesaikan sekolahnya di Belanda, Dia membawa istri dan kedua anaknya ikut bersamanya dalam kapal ini. sekilah kehidupan Daeng Andipati sangatlah bahagia karena memiliki istri yang soleha juga anak-anak yang periang, tapi sebenernya di dalam lubuk hati yang paling dalam Daeng Andipati merasa kehidupannya seolah tidak berarti. dikarenakan kebencian Daeng Andipati yang sangat besar terhadap Ayahnya.

"Karena jika kau kumpulkan seluruh kebencian itu, kau gabungkan dengan orang-orang yang disakiti ayahku, Maka ketahuilah, Gori. Kebencianku pada orang tua itu masih lebih besar. Kebencianku masih lebih besar di bandingkan itu semua" (Hal. 362).

Gurruta atau Ahmad Karaeng salah satu tokoh dalam novel ini. ia adalah seorang Ulama Masyhur berilmu dan beradab yang menjawab empat dari lima pertanyaan besar yang terdapat dalam novel ini, di jawab dengan sempurna menggunakan lisan yang bijak. Namus siapa sangka di balik itu semua Gurruta atau Ahmad Karaeng menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang sangat dia khawatirkan dan sangat mengganggu batinnya.

"Lihatlah kemari wahai gelap malam, Lihatlah seseorang yang pandai menjawab pertanyaan orang lain, tetapi dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaannya sendiri.

Lihatlah kemari lautan luas, Lihatlah seseorang yang mempunyai kata bijak untuk orang lain, tapi dia tidak pernah bisa bijak untuk dirinya sendiri"(Hal.316)

Tokoh selanjutnya adalah seorang kakek dan nenek yang saling mencintai dari semarang. Mbah Kakung dan Mbah Putri Slamet. Keromantisan tercipta dari pasangan yang sudah tidak lagi muda ini membuat iri seluruh penumpang kapal.

"Pendengaranku memang sudah tidak bagus, Nak. Juga mataku sudah rabun. tubuh tua ini juga sudah bungkuk, harus kuakui itu. Tapi aku masih ingat kapan aku bertemu istriku, kapan aku melamarnya, Tanggal lahir anak-anak kami, Waktu-waktu indah milik kami. Aku ingat itu semua" (Hal. 205).

Lalu ada Kapten Philips seorang kapten kapal yang membawa penumpang untuk menunaikan ibadah haji di Mekah. Serta ada Ambo Uleng seorang kelasi kapal pendiam yang direkrut oleh kapten philips dan merupakan kelasi satu-satunya yang dapat berbahasa melayu.

Hari demi hari berlalu, kisah perjalanan panjang pun terangkai dan pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu hadir. Lima pertanyaan yang di bawa penumpang Blitar Holland yaitu :

  1. Seputar Masa Lalu Memilukan.
  2. Tentang Kebencian.
  3. Kehilangan.
  4. Cinta Sejati.
  5. Kemunafikan.
Mungkin Lima pertanyaan tersebut adalah permasalahan yang sering kita temui di kehidupan kita, dan jika kamu butuh penjelasan dari kelima pertanyaan tersebut novel ini layak kamu baca.

Deskripsi Novel :
Judul : Rindu
Penulis :Tere Liye
Editor : Adriyanti
Tebal Buku : 544 Halaman
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2014
Harga : Rp. 65.000,-


No comments:

Post a Comment