Thursday, 5 February 2015

Review Buku Gesang Mengalir Meluap Sampai Jauh



Detail Buku :

Judul : Gesang Mengalir Meluap Sampai Jauh
Penulis : Izharry Agusjaya Moenzir
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 338 Halaman


Harga Sekitar : Rp. 65.000,-








Buku Berjudul Gesang Mengalir Meluap Sampai Jauh ini menceritkan tentang hidup seorang tokoh keroncong legendaris bernama Gesang. Sebenarnya nama sang legendaris keroncong ini adalah Soetadi, Tapi karena beliau sering sakit-sakitan maka nama tersebut diganti menjadi Gesang oleh ayahnya. Seperti kata orang tua zaman dulu bilan nama tidak cocok atau terlalu berat maka akan sakit-sakitan maka dari itu namanya diganti (Dalam bahasa jawa Gesang berarti Kehidupan).

Geasang ini berasal dari keluarga sederhana di Singosaren, Surakarta. Ayahnya adalah penjual batik di sebuah tempat yang tidak di kenal. Akhirnya Gesang pun disuruh pleh ayahnya untuk berhenti sekolah dan bekerja jualan batik.

Awal mula perjalanan menjadi seorang legendaris keroncong di mulai ketika dia didesak oleh teman-temannya untuk menyanyikan lagu keroncong di sebuah tempat bernama Orkes Marko. Pada saat itu semua penonoton yang ada di tempat tersebut sangat menyukai lagu Gesang dan akhirnya secara pelahan namanya semakin dikenal orang banyak. Kemudian dia pun diundang tampil secara langsung di SRV (Solo Radio Vrenekin).

Gesang sang legendaris ini sering menyendiri ketika menulis lagu-lagu yang terinspirasi dari keadaan di sekitarnya. Ada sekitar 40 lagu yang sudah dia ciptakan yang mana lagu tersebut menunjukan betapa jeniusnya pria kelahiran Surakarta ini. Karena lagu-lagu tersebut dia ciptakan di waktu yang berbeda yaitu pada masa ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Jepang, serta di zaman merdeka. Seperti lagu Sapu Tangan (1941), Bilaman Dunia Bernamai (1942), dan Caping Gunung (1973). Dari beberapa lagu tersebut ada sebuah lagu yang paling terkenal hingga sekarang dan membawa tempat tersebut terkenal di seluruh Dunia. Yaitu, lagu Bengawan Solo, karena tanpa lagunya Sungai Bengawan Solo tersebut hanyalah sebuah sungai biasa yang tidak banyak orang luar tau.

Ketika berakhirnya perang dunia ke 2, Gesang pun pernah menjadi anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan bertugas di Singosaren. Ketika itu dia meninggalkan kegiatan bermusiknya, Gesang tidak pernah bernyanyi lagi. Namun dia pernah menghadiri misi kesenian di China dan Korea Utara. Disanalah Gesang mengenalkan musik keroncongnya.

Dalam buku ini juga di ceritakan tentang kehidupan asmara Gesang. kisah percintaan dengan gadis yag juga penyanyi, kala itu mereka bertemu di panggung hiburan. Namun Gesang menikah bukan dengan gadis penyanyi tersebut melainkan dengan Walinah atau Inah merupakan seorang perempuan dari keluarga penjual batik yang berada dekat dengan rumahnya. Tapi mereka bercerai tanpa menghasilkan keturunan.

Tidak hanya sampai di situ, buku ini juga mengisahkan ketika Gesang didatangi oleh Orang Jepang bernama Mitsou Hirano. Yang mana dia mengaku telah melihat Gesang menyanyi, dan mengatakan bahwa lagu Bengawan Solo yang di nyanyikannya telah popular di Jepang. serta banyak juga tentara Jepang yang menyanyikan dan terus memperkenalkan lagu tersebut ke anak-anak di Jepang tetapi dengan versi Bahasa Jepang.

Mitsou Hirano orang Jepang yang mendatangi Gesang pada saat itu juga mengusulkan untuk membuka yayasan Perhimpunan Dana Gesang di Jepang. Karena melihat Gesang hidup tidak layak dan sebatang kara. Dari yayasan inilah sang Legendaris keroncong ini mendapatkan santunan setiap tahunnya dari pemerintahan Jepang, karena telah berhasil memperkenalkan musik keroncongnya.

Buku Gesang Mengalir Meluap Sampai Jauh yang di tulis oleh Izharry sangatlah bagus karena telah mengakat profil dari seorang pahlawan musik keroncong, dengan isi yang cukup puitis dan untuk mengingatkan kita pada almarhum Gesang yang telah wafat pada tahun 2010 Lalu.

No comments:

Post a Comment